PendidikanPendidikan Karakter

Pendidikan Tanpa Karakter sebagai Dosa Sosial menurut Mahatma Gandhi

yunandra. Inti pendidikan adalah pembentukan karakter dalam bahasa Agama adalah pembentukan Akhlak. Menurut Mahatma Gandhi, Pendidikan tanpa Karakter sebagai Dosa Sosial.

Prof. Ahmad Tafsir mengatakan bahwa inti kurikulum sebagai program pendidikan adalah akhlak. Maka tujuan pertama pendidikan yaitu bagaimana membentuk karakter atau akhlak peserta didik.

Baca: 3 Metode Terbaik di Pendidikan Agama Islam

Mahatma Gandhi berpendapat bahwa masyarakat terpuruk hebat karena berlangsungnya 7 (tujuh) macam “dosa sosial”. Ketujuh dosa sosial tersebut adalah

  • 1. Politics without Principle atau Politik Tanpa Prinsip
  • 2. Wealth without Work atau Kekayaan tanpa Bekerja
  • 3. Commerce without Morality atau Perdagangan tanpa Moralitas
  • 4. Education without Character atau Pendidikan tanpa Karakter
  • 5. Pleasure without Conscience atau Kesenangan tanpa Hati Nurani
  • 6. Science without Humanity atau Pengetahuan tanpa Kemanusiaan
  • 7. Workship without Sacrifice atau Peribadatan tanpa pengorbanan

Gandhi menegaskan bahwa ketimpangan sosial yang terjadi di masyarakat karena adanya proses pendidikan yang tidak memberikan dampak terhadap pembentukan karakter.

Dinamika perkembangan kurikulum di Indonesia tidak lepas dari orientasi penguatan pendidikan karakter. Hal ini membuktikan betapa pentingnya program penguatan pendidikan karakter.

Berikut ini beberapa program yang membuktikan perkembangan pendidikan tidak lepas dari penanaman karakter.

1. Profil Pelajar Pancasila

Lahirnya kurikulum merdeka memberi warna dengan munculnya tujuan pendidikan nasional dalam format profil pelajar Pancasila.

Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 dimensi yang salah satunya adalah beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.

Dimensi ini menegaskan bahwa tujuan pendidikan nasional di kurikulum merdeka adalah membentuk peserta didik yang memiliki 5 akhlak yaitu

  • 1. Beragama
  • 2. Akhlak kepada diri sendiri
  • 3. Akhlak kepada Manusia
  • 4. Akhlak kepada alam
  • 5. Bernegara

Menteri Agama, Prof. Nazaruddin Umar menegaskan perlu kepedulian terhadap alam lingkungan sekitar. Beliau menawarkan konsep Ekoteologi sebuah konsep yang mengkaitkan lingkungan dengan ajaran agama.

Baca: Fokus Pengembangan Pendidikan Agama dan Keagamaan Tahun 2025

2. Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat

Setelah pelantikan kabinet merah putih, Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah memunculkan 7 kebiasaan anak Indonesia hebat. Kebiasaan ini bukan sebuah kurikulum baru, tapi merupakan satu program prioritas menteri untuk penguatan pendidikan karakter.

Baca: 7 Kebiasaan Anak Indonesia

3. Delapan Dimensi Tujuan Pendidikan

Pada paparan tentang Deep Learning, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah menjelaskan 8 dimensi sebagai Profil lulusan.

8 profil lulusan pendidikan nasional adalah

  1. Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
  2. Kewargaan
  3. Penalaran Kritis
  4. Kreativitas
  5. Kolaborasi
  6. Kemandirian
  7. Kesehatan
  8. Komunikasi

Nomor satu tidak lepas dari akhlak beragama, sedangkan kewargaan sebagai bentuk dari akhlak kepada manusia dan alam

Baca: Diganti Profil Pancasila menjadi 8 Dimensi Profil Lulusan di Pembelajaran Mendalam

Maka profil lulusan ini tidak lepas apa yang digagas oleh Menteri Agama, Prof. Dr. Nazaruddin Umar dalam bentuk kurikulum cinta (KUNTA)

Baca: 5 Komponen Utama Kurikulum Cinta (Kunta) Menurut Suyitno


Lainya


Artikel Terbaru

Ingin Meningkatkan Kompetensi
Secara Mandiri
,

Silahkan belajar
di madrasahyunandra.com
Buka

Eksplorasi konten lain dari Yunandra

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Eksplorasi konten lain dari Yunandra

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca