Membangun Growth Mindset di Kelas: Peran Guru, Murid, dan Orang Tua
yunandracom. Membangun growth mindset di kelas bukan sekadar tren pendidikan, tetapi kebutuhan nyata agar proses belajar menjadi lebih bermakna.
Dengan pola pikir bertumbuh, guru, murid, dan orang tua dapat menciptakan lingkungan belajar yang mendorong semangat, ketekunan, dan keberanian menghadapi tantangan.

Lingkungan Belajar yang Mendorong Pertumbuhan
Kelas bukan sekadar tempat belajar, tetapi juga ruang tumbuh. Di sinilah anak-anak belajar mengenal diri, menghadapi tantangan, dan menemukan makna dari setiap proses belajar.
Namun, sering kali, fokus sekolah hanya pada hasil akhir (nilai dan peringkat) bukan pada proses bertumbuh di baliknya.
Padahal, keberhasilan jangka panjang tidak ditentukan oleh kecerdasan bawaan, melainkan oleh cara berpikir.
Di sinilah konsep growth mindset di kelas menjadi penting. Ketika guru, murid, dan orang tua bersama-sama menumbuhkan pola pikir bertumbuh, maka kelas berubah menjadi ekosistem pembelajaran yang hidup dan penuh semangat.
Apa Itu Growth Mindset Classroom (Ruang Kelas)?
Growth mindset classroom adalah lingkungan belajar yang mendorong keyakinan bahwa kemampuan bisa dikembangkan melalui usaha, strategi, dan dukungan orang lain.
Konsep ini diperkenalkan oleh psikolog Carol Dweck yang membedakan dua cara berpikir:
- Fixed mindset: percaya bahwa kecerdasan itu tetap dan tidak bisa diubah.
- Growth mindset: percaya bahwa kemampuan dapat tumbuh dengan latihan dan ketekunan.
Dalam konteks kelas, growth mindset bukan hanya teori, tetapi sebuah budaya belajar.
Di kelas seperti ini, murid tidak takut gagal, guru tidak cepat menilai, dan orang tua tidak hanya menuntut hasil.
Semua pihak melihat kesalahan sebagai bagian alami dari proses belajar.
Peran Guru, Murid, dan Orang Tua dalam Growth Mindset di Kelas
Guru, murid dan orang tua memiliki peran dalam growth mindset di kelas berikut peran masing-masing.
1. Guru: Pencipta Budaya Belajar Positif
Guru memiliki peran paling sentral dalam membangun growth mindset classroom.
Caranya antara lain:
- Memberi pujian pada proses, bukan hanya hasil (“Kamu berusaha keras hari ini!” bukan “Kamu memang pintar”).
- Mendorong refleksi, bukan sekadar koreksi (“Apa yang bisa kamu pelajari dari kesalahan ini?”).
- Memberi contoh nyata bahwa belajar adalah perjalanan, bukan perlombaan.
Ketika guru menunjukkan bahwa dirinya pun terus belajar, murid akan meneladani sikap tersebut.
2. Murid: Pembelajar yang Aktif dan Tangguh
Murid dengan growth mindset tidak takut mencoba hal baru. Mereka:
- Berani mengambil risiko dalam belajar.
- Tidak menyerah ketika menemui kesulitan.
- Melihat tantangan sebagai kesempatan untuk tumbuh.
Tugas sekolah adalah memberi ruang aman agar murid berani gagal, bereksperimen, dan menemukan cara terbaik untuk belajar sesuai potensinya.
3. Orang Tua: Pendukung Pertumbuhan Anak
Di rumah, orang tua perlu memperkuat nilai-nilai growth mindset yang dibangun di sekolah, misalnya dengan:
- Menghargai proses belajar, bukan hanya nilai rapor.
- Mengajak anak berdialog ketika gagal, bukan memarahi.
- Mengganti kalimat “Kamu tidak bisa” menjadi “Kamu belum bisa, coba lagi dengan cara lain.”
Konsistensi antara rumah dan sekolah akan mempercepat pembentukan pola pikir bertumbuh pada anak.
Contoh Praktik Nyata Growth Mindset di Sekolah
Beberapa sekolah telah menerapkan growth mindset classroom dengan cara sederhana namun berdampak besar, misalnya:
- Papan “Kesalahan Minggu Ini”: tempat murid menuliskan kesalahan yang mereka pelajari, untuk dibahas bersama.
- Jurnal Refleksi Harian: setiap murid menulis satu hal yang ia pelajari dari proses, bukan dari hasil.
- Guru menulis “I am still learning” di papan tulis, untuk menunjukkan bahwa belajar adalah proses sepanjang hayat.
- Poster afirmasi positif di dinding kelas, seperti “Belajar dari gagal itu keren!” atau “Belum bisa bukan berarti tidak bisa.”
Praktik kecil seperti ini menumbuhkan budaya belajar yang menghargai proses, kerja keras, dan kolaborasi.
Growth Mindset Classroom Kelas yang Tumbuh Bersama
Membangun growth mindset di kelas bukan tugas sekali jadi. Ia membutuhkan kesadaran, konsistensi, dan kolaborasi antara guru, murid, dan orang tua.
Ketika semua pihak menyadari bahwa potensi manusia bisa berkembang, maka setiap kelas akan menjadi taman tumbuh, tempat setiap anak menemukan kekuatannya sendiri.
Mari mulai dari hal kecil: ubah kata, ubah cara pandang, ubah budaya belajar.
Ingin tahu cara menerapkan growth mindset classroom di madrasah atau sekolah Anda
Baca juga artikel berikut: “4 Langkah Praktis Mengubah Fixed Mindset Menjadi Growth Mindset”

Sumber: www.mindsetwork.com
Psikologi Pendidikan
- Keterampilan Abad 21 dan Growth Mindset
- Digital Mindset: Kunci Transformasi Digital
- Perbedaan Mindset, Skillset, dan Toolset
- Strategi Membangun Kreativitas dan Inovasi dengan Pola Pikir Bertumbuh
- Resiliensi Psikologis: Bagaimana Growth Mindset Membantu Hadapi Tantangan
- Karakter Performa vs Karakter Moral: Seimbang dengan Growth Mindset
Artikel Terbaru
- Membaca Buku: Kunci Sukses TKA di MA Pembangunan UIN Jakarta
- Kebijakan Pendidikan dan Kurikulum Nasional
- Teknologi Digital dan Media Pembelajaran: Literasi, Etika, dan Keterampilan Abad 21
- Orientasi PKKM 2025: Menggali Komitmen Perubahan di Madrasah
- Dampak TKA dan Tiga Pilar Spiritual di MAN 23 Al Azhar Asy Syarif
- Bisakah TKA Sebagai Pendorong Inovasi di MA Citra Cendekia?
| Ingin Meningkatkan Kompetensi Secara Mandiri, Silahkan belajar di madrasahyunandra.com |
| Buka |
