Pengembangan Madrasah Menjadi Compassionate School Melalui Ta’dib
yunandra. UNESCO mengembangkan program Teaching Respect for All dengan tujuan menjadikan sekolah yang welas asih atau Compassionate School.
Program Teaching Respect for All berjalan di tahun 2012 untuk menanamkan sikap respect atau hormat di lingkungan sekolah atau madrasah.
Lickona menyebutkan respect (hormat) dan responsibility (tanggung jawab) merupakan dua karakter penting yang perlu diterapkan di satuan pendidikan.
Buku : Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Thomas Lickona
Area Pengembangan Compassionate School
Buku Mendidik Pemenang Bukan Pecundang karya Sarasvati dan Sumardianta menjelaskan bahwa di konsep Compassionate School, sistem pendidikan harus berorientasi pada Ta’dib (penanaman adab) bukan lagi ta’lim (mengajarkan). (Pengertian pendidikan)
Implementasi Ta’dib harus menyeluruh (whole school approach) yang meliputi 3 area.
1. Sumber daya Manusia
Sumber daya manusia di pendidikan adalah guru, tenaga kependidikan, orang tua hingga satpam.
Semua sumber daya manusia memiliki adab yang baik dan sense of excellent service. Sehingga mengukur Compassionate School cukup mengamati cara interaksi sumber daya manusia, mulai dari guru sampai dengan satpam madrasah.
2. Kurikulum
Area kedua adalah kurikulum. Menurut penulis buku mendidik pemenang bukan pecundang bahwa pendidikan tradisional berfokus pada konten yaitu membaca, menulis, dan berhitung. Kurang berfokus pada konteks peserta didik.
Kurikulum yang mengkondisikan untuk berpikir bahwa peserta didik melakukan kesalahan itu buruk dan menunjukkan kesan peserta didik bodoh. Maka peserta didik terbiasa menghindari resiko.
Kebenaran peserta didik jika jawabannya sesuai dengan jawaban guru. Jika berbeda maka dianggap salah.
3. Iklim atau Hidden Curriculum
Area ketiga adalah iklim madrasah atau hidden curriculum. Iklim madrasah merupakan kurikulum tersembunyi yang tidak dilihat di kertas tapi bisa dirasakan.
Pembentukan atmosfer yang berakhlak tidak bisa lahir sekejap. Perlu proses panjang agar semua sumber daya manusia memiliki Budi pekerti yang baik yang menciptakan budaya yang baik.
Sesuai dengan pendapat Mendikdasmen, Abdul Mu’ti, peradaban dimulai dengan kegiatan pembiasaan menjadi kebiasaan yang membentuk kepribadian menjadi peradaban.
Sumber: Mendidik Pemenang bukan Pecundang, 2016, h.122
Pengembangan Madrasah
- Strategi Pengembangan Madrasah di Era Inovasi
- Trilogi Kolaborasi Madrasah: GTK, Pusbakom dan Pokjawas

- Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dan Penjaminan Mutu Berbasis Cinta (PMBC) di Madrasah

- Penjaminan Mutu Madrasah Berbasis Cinta

- Arah Pendidikan Madrasah Yang Memerdekakan, Refleksi HUT RI Ke-80

- Apa pilar Sekolah yang dicita-citakan?

Artikel Terbaru
- Kebijakan Pendidikan dan Kurikulum Nasional
- Teknologi Digital dan Media Pembelajaran: Literasi, Etika, dan Keterampilan Abad 21
- Orientasi PKKM 2025: Menggali Komitmen Perubahan di Madrasah
- Dampak TKA dan Tiga Pilar Spiritual di MAN 23 Al Azhar Asy Syarif
- Bisakah TKA Sebagai Pendorong Inovasi di MA Citra Cendekia?
- Tiga Makna Penting dari Tes Kemampuan Akademik (TKA) bagi MAQ Al Ihsan
| Ingin Meningkatkan Kompetensi Secara Mandiri, Silahkan belajar di madrasahyunandra.com |
| Buka |






