3 Perkara Yang Tercela Menurut As Siba’i
yunandra. 3 Perkara Yang tercela yang harus dihindari oleh peserta didik maupun sivitas akademik. Musthofa As-Siba’i menerangkan
Hindarilah tiga perkara dalam tiga hal: bangga dengan ilmumu saat berdiskusi dan berdebat, merasa hebat di depan orang-orang yang mengenalmu,  dan menunda berbuat baik ketika mendapat kesempatan. (Dr. Musthafa As-Siba’i)
3 Perkara Yang Tercela
Berdasarkan Dr. Musthofa As-Siba’i, ada 3 perkara yang tercela
1. Bangga dengan ilmumu saat berdiskusi dan berdebat.
Perkara tercela yang pertama adalah membanggakan ilmunya saat berdiskusi dan berdebat dengan orang lain.
Adpun dampak dari 1 dari perkara yang tercela ini adalah
- Menghambat Komunikasi: Sikap sombong dapat membuat orang lain merasa tidak nyaman untuk berdiskusi. Hal ini mengurangi kesempatan untuk berdialog yang konstruktif.
- Menyebabkan Konflik: Ketika seseorang merasa lebih unggul dan tidak menghargai pendapat orang lain, debat bisa berubah menjadi pertikaian yang merusak hubungan.
- Membatasi Pembelajaran: Dengan bersikap angkuh, kita cenderung menutup diri terhadap masukan dan perspektif baru, sehingga menghambat pertumbuhan dan pemahaman yang lebih luas.
- Reputasi Negatif: Sikap ini bisa membuat orang lain menilai kita sebagai individu yang sulit diajak bekerja sama, yang bisa berdampak buruk pada jaringan sosial dan profesional.
- Menimbulkan Stres: Ketegangan dalam diskusi atau debat yang tidak sehat dapat menyebabkan stres, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.
- Menurunkan Empati: Ketika kita hanya fokus pada membuktikan diri benar, kita bisa kehilangan kemampuan untuk memahami dan merasakan apa yang dirasakan orang lain.
2. Merasa hebat di depan orang-orang yang mengenalmu
Perkara yang tercela kedua dari 3 yaitu merasa hebat di depan orang yang mengenalmu.
Adapun dampak negatif dari perbuatan tercela itu adalah
- Kerusakan Hubungan Sosial: Sikap sombong dapat membuat orang-orang di sekitar merasa tidak nyaman atau terintimidasi. Hal ini bisa menyebabkan hubungan menjadi renggang atau bahkan terputus, karena orang lain mungkin merasa tidak dihargai atau diabaikan.
- Isolasi Emosional: Ketika seseorang terus-menerus merasa lebih hebat dan menunjukkan sikap tersebut, ia mungkin akhirnya terasing. Teman-teman dan kolega cenderung menjauh dari individu yang selalu mencari pengakuan atau pujian, sehingga menciptakan rasa kesepian.
- Mengurangi Rasa Hormat: Meskipun mungkin mendapatkan perhatian sementara, sikap sombong sering kali mengurangi rasa hormat orang lain. Ketika orang melihat bahwa kita merendahkan mereka untuk merasa lebih baik, mereka mungkin kehilangan respek dan kepercayaan.
- Ketidakpuasan Pribadi: Merasa hebat di depan orang lain bisa menjadi pengalih dari ketidakpuasan atau insekuritas pribadi. Jika kebanggaan kita bergantung pada penilaian orang lain, kita mungkin merasa tidak bahagia ketika tidak mendapatkan pengakuan yang kita inginkan.
- Peluang Hilang: Dalam lingkungan profesional, sikap sombong dapat menghalangi kolaborasi yang sehat. Orang mungkin enggan bekerja sama dengan kita, mengakibatkan hilangnya peluang untuk berkembang atau mencapai tujuan bersama.
- Persepsi Negatif: Masyarakat cenderung mengingat individu yang bersikap angkuh sebagai orang yang egois. Persepsi ini bisa berdampak buruk pada reputasi jangka panjang, baik dalam konteks sosial maupun profesional.
3. Menunda berbuat baik ketika mendapat kesempatan
Perkara terakhir dari 3 perbuatan yang tercela yaitu menunda berbuat baik ketika mendapatkan kesempatan.
Adapun kerugian bagi orang yang memiliki sifat menunda adalah
- Peluang Hilang: Setiap kesempatan untuk berbuat baik bisa saja tidak muncul lagi. Menunda tindakan kebaikan dapat berarti kehilangan momen berharga untuk memberikan dampak positif.
- Rasa Penyesalan: Setelah kesempatan berlalu, bisa muncul penyesalan karena tidak mengambil tindakan. Ini dapat mengakibatkan perasaan tidak puas atau bersalah.
- Menyakiti Orang Lain: Menunda membantu orang lain yang membutuhkan bisa membuat mereka merasa diabaikan atau tidak diperhatikan, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mereka.
- Mengurangi Kepuasan Pribadi: Melakukan kebaikan sering kali memberikan rasa puas dan bahagia. Menunda kebaikan dapat mengurangi kesempatan untuk merasakan kebahagiaan tersebut.
- Kebiasaan Negatif: Jika sering menunda berbuat baik, kita bisa terbiasa dengan sikap ini. Ini dapat mengarah pada pola pikir negatif di mana kita cenderung mengabaikan kesempatan untuk berkontribusi.
- Dampak Sosial yang Negatif: Ketika banyak orang menunda berbuat baik, hal ini dapat menyebabkan kurangnya dukungan dalam masyarakat. Ini dapat memperburuk kondisi sosial dan mengurangi rasa kebersamaan.
- Peluang untuk Belajar Hilang: Setiap tindakan kebaikan dapat menjadi pengalaman berharga yang mengajarkan kita tentang empati dan kasih sayang. Menunda dapat menghalangi proses pembelajaran ini.
Kata Mutiara
- Hakikat Anak Adalah Calon Suami dan Istri Orang Lain, Juga Orang Tua Cucu Kita
- Hakikat Ilmuwan dan Jahil
- 3 Ciri atu Tanda Orang Bahagia
- 3 Jenis Harta Manusia
Kata Mutiara
- 5 Alasan Guru Perlu Menerapkan Metode Flipped Classroom
- 3 Pilar Partisipasi Semesta, Strategi Kebijakan Kemendikdasmen
- 5 Program Penguatan Pendidikan Karakter Kemendikdasme
- Apa Maksud Pendidikan Untuk Semua menurut Mendikdasmen
- Strategi dan Area Inovasi Program Madrasah pada PKKM 2024
- 4 Materi Ujian Masuk PTKIN 2025