GuruPendidikan

3 tipe Guru terhadap Perubahan Kurikulum

Guru merupakan garda terdepan di setiap perubahan orientasi pendidikan. keberhasilan pendidikan, secara umum, tergantung pada kualitas guru. termasuk pada implementasi kurikulum, guru menjadi kunci sukses dan tidaknya kurikulum yang ada. Perhatian terhadap kualitas guru menjadi mutlak dan prioritas utama bagi pemerintah. Di sisi lain, Guru sendiri perlu menyadari bahwa perannya sangat penting dalam pendidikan. Guru harus selalu mempersiapkan diri dengan segala perubahan dan mengantisipasi dengan meningkatkan kompetensinya.

Berdasarkan dinamika kurikulum, bahwa perubahan kurikulum merupakan hal biasa dan berjalan natural karena tuntutan perubahan zaman. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M. Nuh mengatakan bahwa Kurikulum tidak akan berubah jika zaman tidak berubah dan tuntutan manusia tidak berubah.

Pertambahan manusia dengan keinginan yang berbeda-beda membuat tuntutan zaman menjadi berubah. Pendidikan dituntut untuk mengantisipasi perubahan tersebut. Salah satunya pada perubahan kurikulum sesuai dengan tuntutan tersebut. Tidak pantas jika zaman sudah berubah, sedangkan kurikulum masih menggunakan cara lama.

Pada kenyataan, perubahan dan pengembangan kurikulum biasa dilakukan oleh para Pengelola lembaga pendidikan, baik sekolah atau madarasah. Mereka mengembangkan kurikulum sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga tersebut.  Termasuk para guru terkadang melakukan perubahan dan pengembangan kurikulum sendiri.

Secara umum, Ada tiga kategori guru terhadap Perubahan kurikulum, yaitu:

Pertama adalah Guru Responsive. Golongan ini, guru responsif terhadap pengembangan kurikulum. Sikap guru responsive selalu melakukan uji coba atau semacam eksperimen dalam pembelajarannya. Kelemahan sikap ini yaitu jika Guru ini sering melakukan inovasi dan melaksanakan eksperimen dapat menimbulkan kebingungan. Ketika uji coba sedang dilaksanakan, ternyata kondisi telah berubah lagi secara berke­lanjutan, sehingga tak mungkin kurikulum benar-benar relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Kedua adalah Guru Tradisional. Para guru yang lebih patuh pada kurikulum yang ada atau sedang dilaksanakan tanpa berusaha melakukan usaha perubahan dan perbaikan. Apa yang baik menurut pandangan guru adalah baik bagi semua siswa. Sikap tradisional ini memiliki kelemahan, karena  kenyataannya perubahan terus berlangsung. Jika tidak mengikuti perubahan, maka akibatnya sekolah atau madrasah ketinggalan dalam mempersiapkan siswa dan tidak cocok dengan tuntutan masyarakat.

Ketiga adalah Guru Self-Confidence. para guru yang menentukan isi kurikulum bergantung selera, atau minat dan kemampuan guru sendiri. Apa yang menjadi minat guru dapat saja dimasukkan dalam kurikulum, sehingga pada akhirnya kurikulum terus menerus ditambah, dilengkapi, pada gilirannya timbul ketidakseimbangan dalam kurikulum. kelemahan Sikap ini terlalu menekan pada minat dan kemampuan guru secara individual, akan menyebabkan kurikulum itu menjadi terlalu berat bagi para siswa, sehingga akan disangsikan keberhasilannya.

Ketiga golongan di atas dengan kekurangaanya, membuktikan bahwa Guru perlu memiliki sikap inovatif agar kurikulum senantiasa selaras dengan kebutuhan masyarakat, tetapi secara garis besar kurikulum yang ada tetap dipergunakan.

Dengan perubahan kurikulum 2013 yang sedang digalakan oleh Pemerintah menjadi bukan hal yang aneh dan perlu diperdebatkan, karena perubahan kurikulum sebuah keniscayaan.

Wallahua’lam bis shawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *