Kolaborasi Efektif: Refleksi dari Kegiatan Seninan Pokjawas Jaksel
yunandracom. Kegiatan Seninan Pokjawas Jakarta Selatan pada 6 Oktober 2025 menjadi refleksi menarik tentang makna kolaborasi efektif, karena pertemuan kali ini tidak berlangsung seperti biasanya.
Situasi tersebut justru membuka ruang untuk belajar bagaimana kolaborasi sejati dapat terwujud meski dalam kondisi yang kurang ideal.
Coretan ini mencoba melihat kolaborasi efektif dari sudut pandang yang sederhana namun bermakna.
Baca juga: Seninan sebagai Kegiatan utama Program Pokjawas Madrasah Jaksel

Strategi Mendadak: Kolaborasi Melalui Pembagian Tugas
Seninan tanggal 6 Oktober berlangsung berbeda dari biasanya. Diskusi terasa kurang efektif. Perhatian peserta mudah terpecah, dan penyampaian pimpinan pertemuan tidak terserap dengan baik.
Situasi ini mencerminkan satu hal sederhana: hadir secara fisik dan fikiran kunci efektifitas pertemuan
Untuk mengatasi situasi tersebut, pimpinan mengambil langkah cepat dengan membagi tugas secara langsung kepada para pengawas.
Strategi ini ternyata efektif. Walaupun diskusi belum berjalan maksimal, beberapa tugas penting terkait persiapan launching program peningkatan kompetensi guru dan aplikasi administrasi guru bisa tetap terlaksana dengan baik.
Langkah sederhana ini menjadi pelajaran penting bahwa kolaborasi bukan sekadar duduk bersama, tetapi bekerja bersama dengan arah yang sama.
Terkadang, tindakan nyata lebih efektif daripada diskusi panjang yang kehilangan fokus.
Makna Kolaborasi: Fokus pada Peran, Bukan Intervensi
Seringkali kolaborasi disalahartikan sebagai keterlibatan dalam semua hal. Padahal, kolaborasi sejati bukan berarti ikut campur tugas orang lain, melainkan memaksimalkan peran yang menjadi tanggung jawab masing-masing.
Dalam sistem kerja yang baik, setiap pihak memiliki tugas berbeda namun saling melengkapi.
Kolaborasi justru menjadi efektif ketika setiap anggota:
- Setiap orang menjalankan perannya secara optimal
- Ada kepercayaan bahwa pihak lain juga bekerja dengan sungguh-sungguh
- Tidak terjadi intervensi atau tumpang tindih peran.
Seperti sistem tubuh manusia, setiap organ memiliki fungsi berbeda. Jantung tidak perlu ikut memompa darah ke otak secara sadar, karena sistem sudah saling percaya dan berjalan selaras. Begitu pula dalam tim kerja pendidikan.
Baca juga artikel : Kolaborasi salah satu dari 8 Kompetensi Lulusan
Teori dan Langkah Membangun Kolaborasi Efektif
Kolaborasi yang kuat bukan hanya budaya kerja, tapi juga hasil dari pemahaman dan praktik yang terencana
a. Landasan Teori Kolaborasi
Beberapa teori manajemen dan kepemimpinan menegaskan pentingnya kolaborasi berbasis kepercayaan dan sinergi:
Stephen R. Covey dalam The 7 Habits of Highly Effective People menjelaskan bahwa kolaborasi tertinggi disebut synergy. “Bukan tentang keseragaman, tetapi menghargai perbedaan untuk menciptakan hasil yang lebih besar dari sekadar jumlah bagian-bagiannya.” (Lihat buku Stephen R. Covey )
Peter Senge, tokoh pembelajaran organisasi (The Fifth Discipline), menyebut bahwa organisasi yang belajar adalah organisasi yang setiap anggotanya mampu “melihat keseluruhan sistem dan memahami bagaimana perannya berkontribusi terhadap tujuan bersama.”
John C. Maxwell, ahli kepemimpinan, menekankan bahwa “tim yang efektif tidak membutuhkan semua orang melakukan hal yang sama, tetapi semua orang melakukan bagian mereka dengan cara terbaik.”
Dalam teori kolaborasi modern (Collaborative Advantage Theory), keberhasilan kolaborasi bergantung pada tiga faktor utama: tujuan bersama (shared purpose), komunikasi terbuka (open communication), dan kepercayaan (trust).
Dengan landasan ini, kolaborasi bukan sekadar kerja sama administratif, tetapi kerja bersama yang berorientasi pada hasil dan kepercayaan.
Baca artikel : 3 Aktor Kunci Perubahan di Tipping Point
b. Langkah Praktis Kolaborasi yang Efektif
Kolaborasi Efektif bisa tercipta di acara Seninan dengan langkah berikut
1. Tetapkan peran dan tanggung jawab yang jelas.
Hindari tumpang tindih tugas. Setiap pihak harus tahu kapan harus bertindak dan kapan harus memberi ruang bagi yang lain.
2. Bangun budaya kepercayaan dan komunikasi terbuka
Kepercayaan adalah mata uang kolaborasi. Tanpa kepercayaan, kolaborasi berubah menjadi kontrol.
3. Fokus pada hasil, bukan perdebatan peran
Orientasi pada hasil akhir membantu menjaga semangat kebersamaan.
4. Berikan apresiasi atas kontribusi setiap pihak.
Apresiasi memperkuat rasa memiliki dan mempercepat pembentukan budaya kerja kolaboratif.
5. Refleksi rutin setelah kegiatan.
Evaluasi bukan untuk mencari salah, tetapi untuk memperkuat sistem kerja yang lebih harmonis.
Kolaborasi Adalah Ujian Kepercayaan
Pokjawas Jaksel memiliki dua peluang untuk membangun kolaborasi efektif yaitu
- Kolaborasi Internal yaitu kolaborasi para pengawas untuk mensukseskan program Pokjawas. Khususnya program terdekat adalah menyiapkan konten pelatihan peningkatan kompetensi guru dan Tenaga Kependidikan dan memaksimalkan sarana podcast Madina
- Kolaborasi Eksternal yaitu kolaborasi Pokjawas dengan pihak lain. Kolaborasi terdekat dengan Seksi Pendidikan Madrasah dan KKM untuk program Peningkatan Kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan.
Maka Kegiatan Seninan kali ini menjadi pengingat bahwa kolaborasi bukan tentang siapa yang paling sibuk, tetapi siapa yang paling fokus dan bisa dipercaya.
Dengan setiap orang menjalankan peran secara maksimal dan tidak mencampuri tugas orang lain, sistem kerja akan berjalan harmonis, efisien, dan produktif.
Fokus kepada slogan Pokjawas Jakarta Selatan
Fokus Lokal Dampak Nasional
“Kolaborasi sejati bukan ketika semua orang melakukan hal yang sama, tetapi ketika setiap orang melakukan hal yang berbeda untuk tujuan yang sama.” Yunandra
Baca juga Pokjawas yang memberdayakan

Artikel Terkait
- Fokus Lokal Dampak Nasional: Gerakan Rabu Guru Belajar di Madrasah Jakarta Selatan
- Kolaborasi Efektif: Refleksi dari Kegiatan Seninan Pokjawas Jaksel
- Panca Cinta di Pokjawas Jaksel: Implementasi Kurikulum Berbasis Cinta (KBC)
- Kolaborasi Pokjawas Jaksel: Strategi Peningkatan Kompetensi Digital Guru Madrasah
- Pramuka di Madrasah Jadi Sorotan dalam Rakor Pokjawas Jakarta Selatan
- Panca Cinta dan Aplikasi RPP: Peluang Besar bagi Pokjawas Jaksel
Artikel Terbaru
- Fokus Lokal Dampak Nasional: Gerakan Rabu Guru Belajar di Madrasah Jakarta Selatan
- Membangun Growth Mindset di Kelas: Peran Guru, Murid, dan Orang Tua
- Model CINTA: Lahir dari Bintek Kurikulum Berbasis Cinta di FKMA
- Kolaborasi Efektif: Refleksi dari Kegiatan Seninan Pokjawas Jaksel
- Intervensi Pola Pikir: Cara Guru Meningkatkan Prestasi Murid
- Sesi 3: Belajar Manajemen Pendidikan dari Kelas Daring
Ingin Meningkatkan Kompetensi Secara Mandiri, Silahkan belajar di madrasahyunandra.com |
Buka |