Al Azhar Asy SyarifPembinaan

Pengembangan Kurikulum MAYASA

Pengembangan Kurikulum MAYASA diharapkan dapat terlaksanan dengan baik. Jenjang Aliyah menghadapi tantangan yang lebih berat. Tuntutan yang paling besar adalah kesiapan peserta didik untuk mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi negeri. Di sisi lain dituntut menerapkan kurikulum Al-Azhar Mesir.

Pada tanggal 27 Mei 2019, Madrasah Aliyah Al Azhar Asy Syarif yang dikenal dengan MAYASA filial MAN 4 Jakarta mengadakan acara pembinaan guru-guru terkait dengan pengembangan kurikulum MAYASA.

MAYASA merupakan lembaga pendidikan madrasah negeri jenjang Aliyah yang menerapkan kurikulum AL Azhar Mesir, selain kurikulum nasional dari kementerian agama. Para guru memiliki tanggung jawab yang berat untuk membimbing peserta didik mampu menguasai kedua kurikulum.

Bagi guru-guru mata pelajaran kurikulum nasional bertanggungjawab membimbing peserta didik mampu menjawab tantangan ujian nasional atau ujian yang diselenggarakan oleh pemerintah. Tingkat Keberhasilanya bisa diukur karena semua madrasah mengikuti ujian yang sama.

Bagi guru mata pelajaran kurikulum Al Azhar bertanggungjawab membimbing peserta didik mampu menjawab tantangan ujian al Azhar Mesir yang naskah soalnya dikirim dari AL Azhar Mesir. Walaupun tingkat keberhasilannya tidak bisa diukur secara langsung, tapi bisa dibandingkan dengan alumni Pondok pesantren.

Dua tantangan tersebut perlu diantisipasi dengan strategi dan metode yang cocok. Salah satunya pada aspek kurikulum dengan cara melakukan rekayasa pada kurikulum nasional dan kurikulum al-Azhar.

Rekayasa kurikulum adalah semua proses dan kegiatan yang diperlukan untuk memelihara dan menyempurnakan sistem kurikulum yang dapat diterapkan.

Pada kesempatan pembinaan guru, materi pembinaan akan terbagi kepada dua hal utama yaitu dasar pengembangan kurikulum Al Azhar Asy Syarif dan strategi pengembangan.

A. Dasar Pengembangan Kurikulum Al Azhar Asy Syarif

Dasar pengembangan yang dimaksud disini adalah beberapa acuan dan landasan yang perlu diketahui oleh para guru sebelum mengembangkan kurikulum al Azhar agar tidak keluar dari inti kurikulum Al Azhar dan kurikulum nasional.

1. Pendidikan Nasional

Menurut Ki Hajar Dewantara, “Pendidikan adalah daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya Budi pekerti (kekuatan batin, karakter), Pikiran (intelek) dan Tubuh anak, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan dunianya”. Ada tiga objek pendidikan yaitu budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak.

Sehingga fungsi pendidikan nasional adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang:

  1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa
  2. Berakhlak mulia
  3. sehat
  4. berilmu,
  5. cakap,
  6. kreatif,
  7. mandiri, dan
  8. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan nasional, dan MAYASA merupakan bagian dari sistem pendidikan Nasional, maka pengembangan kurikulum MAYASA tidak lepas dari merealisasikan tujuan pendidikan nasional.

2. Kurikulum Nasional

Menurut UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003, Kurikulum merupakan seperangkat rencana & sebuah pengaturan berkaitan dengan tujuan, isi, bahan ajar & cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan nasional.

Tujuan pendidikan terdiri atas 4 tahapan yaitu

  1. Tujuan Nasional
  2. Tujuan Institusional
  3. Tujuan Kurikulum
  4. Tujuan Instruksional

Pada perkembangan kurikulum nasional, kerangka pengembangan kurikulum nasional difokuskan kepada 4 standar nasional yaitu

  1. Standar Kompetensi Lulusan (SKL)
  2. Standar Isi (SI)
  3. Standar Proses
  4. Standar Penilaian.

Sedangkan 4 standar yang lain seperti standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar sarana prasarana, dan standar pembiayaan tidak termasuk pada kerangka pengembangan kurikulum.

Maka Pengembangan kurikulum nasional yang dilakukan di tahun 2013 yang dikenal dengan kurikulum 2013 atau kurtilas tidak lepas dari pengembangan 4 Standar tersebut. Hal ini sesuai dengan teori kurikulum tentang komponen kurikulum yang terdiri dari tujuan, isi, proses, dan penilaian.

Jika dikaitkan dengan standar nasional pendidikan yaitu

  1. Standar Kompetensi Lulusan terkait dengan tujuan
  2. Standar Isi terkait dengan isi atau materi
  3. Standar Proses terkait dengan proses
  4. Standar penilaian terkait dengan penilaian atau evaluasi

Berdasarkan kerangka pengembangan kurikulum dan teori kurikulum, maka pengembangan kurikulum MAYASA difokuskan pada rekayasa kurikulum pada tujuan, isi, proses, dan penilaian kurikulum Al Azhar dan Kurikulum Nasional.

3. Sejarah Perkembangan Madrasah Al Azhar Asy Syarif

Menurut PMA no. 90 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pendidikan madrasah, Madrasah adalah satuan pendidikan formal dalam binaan Menteri Agama yang menyelenggarakan pendidikan umum dan kejuruan dengan kekhasan agama Islam yang mencakup Raudhatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Dan Madrasah Aliyah Kejuruan.

Pada PMA no. 60 tahun 2015 tentang perubahan PMA no. 90 tahun tentang penyelenggaraan pendidikan nasional, ada tiga prototipe madrasah Aliyah yaitu

  1. Madrasah Akademik
  2. Madrasah Keterampilan
  3. Madrasah Keagamaan

Madrasah Al-Azhar Asy Syarif lahir sebelum keluar prototipe yang tercantum di PMA no. 60 tahun 2015. Berdasarkan sejarah berdirinya, berikut rinciannya:

  1. Madrasah Ibtidaiyah Negeri 14 al Azhar Asy Syarif yang dikenal dengan MINASI berdiri di tahun 2000
  2. Madrasah Tsanawiyah Negeri 41 Al Azhar Asy Syarif dikenal dengan MATASYA berdiri di tahun 2006
  3. Madrasah Aliyah Al Azhar Asy Syarif filial MAN 4 Pondok Pinang dikenal dengan MAYASA berdiri tahun 2012.

Jika dikaitkan dengan 3 prototipe madrasah Aliyah, maka dimanakah posisi MAYASA?

Jika sudah bisa memposisikan di salah satu dari 3 prototipe, maka pengembangan kurikulum akan lebih terfokus pada prototipe yang telah dijelaskan di PMA 60 tahun 2015.

Pada perkembangannya, madrasah berkembang menjadi beberapa model berdasarkan program-program yang dikembangkan, seperti

  1. Program madrasah berkarakter
  2. Program madrasah literasi
  3. Program madrasah sehat
  4. Program madrasah adiwiyata
  5. Program madrasah Tahfidz
  6. Program madrasah akademik
  7. Program madrasah research
  8. Program madrasah teknologi
  9. Program madrasah lainnya

Menurut penelitian tentang potret pendidikan di eropa dan pendidikan di Indonesia. Ada orientasi yang berbeda di setiap jenjang pendidikan. Berikut perbedaanya:

  1. Pendidikan di Eropa
    1. TK : manajemen diri
    2. SD : Ekplorasi Lingkungan
    3. SMP : Menemukan dan mengembangkan passion/Bakat
    4. SMA : Merancang karir Masa depan
    5. Universitas : Membangun dan mematangkan Core Skill Diri
  2. Pendidikan di Indonesia
    1. TK : Belajar + Ujian
    2. SD : Belajar + ujian
    3. SMP : Belajar + Ujian
    4. SMA : Belajar + Ujian
    5. Universitas : Belajar + ujian

Jika melihat potret pendidikan di Eropa, MAYASA menyusun program pengembangan kurikulum yang mengarah kepada Perancangan karier peserta didik. Tidak hanya pada tugas belajar yang diakhiri dengan mengikuti ujian kenaikan atau kelulusan.

B. Pengembangan Kurikulum Al Azhar

Kurikulum Al Azhar dikembangkan berbasis materi, sedangkan kurikulum nasional berbasis kompetensi. Perlu penyesuaian kedua kurikulum.

Secara umum, Kurikulum Al Azhar terdiri dari 3 materi utama. Madrasah Ibtidayah terbatas pada 3 materi, kemudian dikembangkan di madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah dalam bentuk Pemisahan per mata pelajaran.

  1. Al Quran berkembang menjadi al Quran dan Ilmu tajwid
  2. Tarbiyah Islamiyah berkembang menjadi Fikih, tafsir, hadits, Tauhid, dan Siroh Nabawiyah
  3. Bahasa Arab berkembang menjadi Nahu, Sharaf, Mutholaah, Insya, Imla, dan Khat

Di Tingkat Aliyah, Materi pelajaran semakin banyak, tuntutan terhadap persiapan ujian akhir dan persiapan pendidikan tinggi menjadi semakin besar, maka perlu pemikiran strategi sejak kelas 1 Aliyah.

Peserta didik didorong untuk memiliki peta pendidikannya mulai kelas 1. Pertanyaan yang mendasari adalah mau kuliah dimana, jurusan apa, dan Bidang yang akan jadi tempat bekerjanya. Dengan harapan peserta didik memiliki waktu 3 tahun untuk mempersiapkan diri untuk mencapai ketiga pertanyaan tersebut.

MAYASA perlu menyusun program-program yang mengarah kepada pemetaan dan pengembangan potensi sesuai dengan peta pendidikan peserta didik.

Sebagai bahan pertimbangan dan pemikiran, profil MAYASA bisa digambarkan sebagai peserta didik yang memiliki 5 kompetensi berlandaskan akhlak yang mulia yaitu

  1. Keterampilan beragama
    1. Mampu Adzan
    2. Mampu Menjadi Imam
    3. Mampu memimpin Doa
    4. Mampu ceramah atau Khutbah
    5. Mampu Menghafal Al Quran
  2. Keterampilan Berbahasa Arab
  3. Keterampilan Berbahasa Inggris
  4. Keterampilan Teknologi Informasi
  5. Keterampilan Menulis

Kelima keterampilan tersebut akan selalu dibutuhkan kapanpun dan dimanapun. Jika 5 kompetensi tersebut menjadi profil MAYASA, maka setiap mata pelajaran dan program kegiatan dikembangkan oleh MAYASA tidak lepas dalam rangka mencapai kelima keterampilan tersebut.

Semoga memberikan manfaat bagi kemajuan MAYASA ke depan.