Cerita Inspiratif

Kisah Inspiratif: Berbagi dalam Kesederhanaan

Kisah Inpiratif Pa Yon dan Bu Yan 

Yunandra.com. Kisah inspiratif ini diambil dari tanyangan  kick Andy. Mudah-mudah memberikan inspirasi kita untuk selalu memberi dan berbagi. Memberi dan Berbagi  itu tidak perlu menuggu memiliki banyak materi dulu. Berusahalah memberi apa yang dimiliki sekarang ini. Sekecil apapun pemberian dan usaha kita, mudah-mudah memberikan jalan bagi orang lain. Dalam kesederhanaan pun dapat berbagi yang dapat melahirkan dan menyelematkan generasi.

Membagi Kemampuan Mewujudkan Mimpi

Adalah Yon Haryono. Laki-laki berusia 42 tahun ini mantan atlet angkat besi nasional. Banyak Prestasi yang telah diraihnya. Pada tahun 1992, Sebagai atlet yang lahir dari keluarga sederhana, Yon bertekad  meraih mimpinya dengan mencatat prestasi di Olimpiade. Tapi sayang mimpinya kandas akibat tulang sikunya lepas ketika bertanding. Pada 1993, dia nekat bertanding lagi. Tapi lagi-lagi tulang sikunya lepas. Dokter kemudian melarangnya untuk aktif sebagai atlet selamanya.

Haruskah Yon mengubur mimpinya? Ternyata tidak. “Kalau saya tidak bisa, maka harus ada yang melanjutkan mimpi saya,” tekadnya. Maka dia memilih pulang kampung ke Lampung dan melatih anak-anak di desanya. Dari sebuah sasana yang lebih mirip kandang kambing, Yon Haryono mulai mewujudkan mimpinya.

Sejak itu secara konsisten dan penuh komitmen, di tengah minimnya peralatan latihan dan dana, Yon berhasil melahirkan atlet-atlet angkat besi dengan prestasi internasional. Antara lain Eko Yuli Irawan (medali perunggu di Olimpiade Beijing 2006 dan medali emas di Kejuaraan Angkat Besi Dunia di Praha, Ceko tahun 2007, sejumlah medali emas di Sea Games dan kejuaraan nasional.), Tri yatno ( emas pada Sea Games 2007 dan Kejuaraan Dunia Angkat Besi. ), Edi Kurniawan ( medali emas di Sea Games dan berbagai kejuaraan angkat besi). Termasuk sejumlah atlet remaja yang mampu membuktikan bahwa berlatih di sasana yang mirip kandang kambing itu tidak menghalangi seseorang untuk meraih prestasi. Dalam kesederhanaan, Pa Yon berbagi ilmunya untuk mewjudkan mimpinya lewat anak didiknya.


Baca juga:

Pesiunan Menyelamatkan Generasi

Begitu Juga Ibu Guru Yan di Temanggung. Pensiunan guru berusia 64 tahun ini juga membuktikan sarana yang minim bukan penghambat untuk mengukir prestasi. Dari rumah kontrakannya yang sangat sederhana di sebuah gang sempit, Ibu Yan berhasil melahirkan juara matematika dunia. Nanang, salah satu murid yang dia bantu ketika tidak mampu melanjutkan sekolah, meraih medali perunggu dalam kejuaraan matematika internasional di Bulgaria tahun 2005. Dengan prestasi matematika itu pula Nanang mendapat beasiswa untuk kuliah di UGM Jogja.

Melalui matematika Ibu Guru Yan “menyelamatkan” masa depan 17 anak asuhnya. “Tanpa bantuan Ibu, saya sampai sekarang masih menggembala bebek,” ujar Nanang, yang kini menjadi dosen matematika di UGM.

Dalam kesederhanaan sarana – termasuk meja belajar yang sudah berlubang-lubang dan belajar di dapur yang sempit – Bu Yan mengajar matematika dengan penuh cinta dan komitmen. Ratusan anak saat ini belajar di “puskesmas matematikanya”. Dari pagi sampai malam. Bagi yang tidak mampu tidak dipungut bayaran. Dalam kesederhanaan, Bu Yan berbagi ilmu untuk menyelamatkan generasi.

Berbagi dalam Kesederhanaan

Yon Haryono dan Bu Guru Yan, secara materi boleh dibilang jauh dari memadai. Untuk diri dan keluarganya saja mereka masih kekurangan. Tapi, dalam kekurangan tersebut mereka berdua bertekad menyelamatkan masa depan anak-anak desa yang miskin. Mereka tidak memberi uang atau materi, tetapi mereka memberi “tiket” bagi anak-anak tersebut untuk masuk ke pintu sukses.

Yon Haryono memberi “tiket” dengan melatih anak-anak di desanya untuk menjadi atlet-atlet angkat besi yang berprestasi. Dengan prestasi itulah mereka mampu keluar dari belenggu kemiskinan. Sebagai atlet angkat besi Eko dan Tri Yatno mampu membelikan orangtua mereka rumah yang layak. Dengan prestasi itu pula mereka berdua mampu membiayai orangtua mereka naik haji. “Kalau dulu saya tidak bertemu Pak Yon, saya masih angon kambing,” ujar Eko dengan suara lirih.

Sementara Ibu Yan memberi ilmu matematika sebagai tiket bagi anak-anak desa di sekitar Temanggung. Berbekal nilai matematika yang tinggi, 17 anak yang dia asuh berhasil mendapat beasiswa untuk masuk beberapa perguruan tinggi bergengsi di Indonesia. Sementara ratusan anak lainnya saat ini sedang digembleng agar juga bisa mendapatkan “tiket” untuk keluar dari kemiskinan.

Betapa mulianya apa yang dilakukan Yon Haryono dan Bu Yan. Dalam keterbatasan, mereka berusaha memberi apa yang mereka punya. Sementara banyak orang yang punya banyak, tapi begitu pelit untuk memberi.

Kita belajar, untuk bisa memberi tidak perlu menunggu punya banyak materi lebih dulu. Kita bisa memberi apa yang saat ini kita miliki. Semoga apa yang kita berikan itu, sekecil apapun, dapat menjadi “tiket” bagi orang yang menerimanya untuk keluar dari kemiskinan.

 

Sumber : www.kickandy.com.

Artikel Terbaru