Kurikulum MerdekaProfil Pelajar Pancasila

Budaya Sekolah yang mendukung Projek di Kurikulum Merdeka

Budaya Sekolah mendukung projek penguatan profil pelajar pancasila di implementasi kurikulum merdeka. sehingga Sekolah atau madrasah perlu menyiapkan ekosistem atau budaya positif agar bisa sukses menerapkan projek tersebut.

Profil pelajar Pancasila merupakan perwujudan dari tujuan pendidikan nasional, sehingga semua kegiatan pembelajaran di sekolah atau madrasah diselenggarakan untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Sekolah/Madrasah memiliki 4 kegiatan untuk menerapkan kurikulum merdeka yaitu budaya sekolah, Pembelajaran Intrakurikuler, Kegiatan ekstrakurikuler, dan projek pelajar pancasila.


3 Budaya Sekolah yang Mendukung Projek Pelajar Pancasila

Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila menyebutkan 3 budaya yang perlu dimiliki oleh sekolah dan madrasah. 3 budaya sekolah yang mendukung pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila di kurikulum merdeka adalah sebagai berikut:

1. Berpikiran Terbuka

Budaya sekolah yang mendukung projek yang pertama adalah berpikir terbuka. Istilah open minded dari perspektif psikologis, digunakan untuk menggambarkan seberapa besar keinginan orang untuk mempertimbangkan perspektif lain atau mencoba pengalaman baru.

Bersumber dari verywellmind.com, Keterbukaan pikiran juga dapat melibatkan mengajukan pertanyaan dan aktif mencari informasi yang menantang.

Pembelajaran yang inovatif sering kali terhambat oleh adanya budaya kontraproduktif seperti tidak senang menerima masukan atau menutup wawasan terhadap berbagai bentuk perbedaan.

Budaya negatif tersebut tidak akan mendukung terselenggaranya kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang efektif dan berdampak.

Oleh karenanya, satuan pendidikan diharapkan dapat menghidupkan budaya senang menerima masukan, terbuka terhadap perbedaan, serta berkomitmen terhadap setiap upaya perbaikan untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

2. Senang Mempelajari Hal Baru

Budaya pendukung pelaksanaan projek yang kedua adalah senang mempelajarai hal baru. Pada dasarnya perkembangan setiap individu sebagai seorang pembelajar akan terhenti jika ia tidak lagi senang mempelajari hal baru.

Senang mempelajari hal baru bisa dikategorikan sebagai sifat Curiosity. Curiosity adalah perasaan ingin tahu yang timbul dan dimiliki oleh manusia terhadap suatu hal yang belum ia dapatkan penjelasan atau jawabannya.

Oleh karenanya, kemampuan memelihara rasa ingin tahu dan menemukan kepuasan saat menemukan hal baru adalah bagian dari budaya yang perlu dihidupkan di lingkungan satuan pendidikan.

Kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang merupakan program projek akan berjalan secara optimal jika setiap individu memiliki kesenangan untuk mempelajari hal baru dan mengembangkan diri secara terus-menerus.

Harapannya, kegiatan projek ini pada akhirnya dapat membantu tercapainya karakter pelajar sepanjang hayat pada setiap individu yang terlibat di dalamnya.

3. Kolaboratif

Budaya ketiga yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan projek profil pelajar pancasila adalah kolaboratif.

Kolaboratif di bahasa Inggiris yaitu: “collaborative” artinya (bersama atau kelompok). jadi metode kolaboratif adalah belajar bersama atau pelatihan silang.

Kegiatan pembelajaran berbasis projek yang dinamis membutuhkan lingkar sosial yang mendukung dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini budaya kolaboratif menjadi hal yang penting untuk dibangun dibandingkan dengan budaya kompetitif.

Diharapkan budaya kolaboratif dapat mendorong semangat senang bekerja sama, saling mengapresiasi, dan saling memberikan dukungan satu sama lain. Lebih jauh, upaya kolaboratif juga perlu dilakukan antar berbagai elemen kunci dalam tri sentra pendidikan (keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) sehingga pelaksanaan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila akan berlangsung secara menyeluruh dan optimal.

Pembelajaran berbasis projek akan terlaksana secara optimal apabila peserta didik, pendidik, dan lingkungan satuan pendidikan sebagai komponen utama pembelajaran dapat saling mengoptimalkan perannya.

Peserta didik berperan sebagai subjek pembelajaran yang diharapkan dapat terlibat aktif mengikuti seluruh rangkaian kegiatan.

Pendidik berperan sebagai fasilitator pembelajaran yang diharapkan dapat membantu peserta didik mengoptimalkan proses belajarnya.

sementara satuan pendidikan berperan sebagai pendukung terselenggaranya kegiatan yang diharapkan dapat mensponsori penyediaan fasilitas dan lingkungan belajar yangkondusif.


Artikel Yang Baru


Eksplorasi konten lain dari Yunandra

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.