Kuantifikasi Pembiasaan di Laporan Kinerja Kepala MA Pembangunan
Yunandra. Pada Juknis PKKM komponen manajerial no. 2.4, bahwa tugas kepala yaitu Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal. Salah bukti fisiknya adalah laporan kinerja kepala madrasah.
Kinerja yang diukur diantaranya bagaimana membina dan memfasilitasi guru dan staf untuk memberikan pelayanan pendidikan bermutu. Pelayanan bermutu akan berdampak kepada kompetensi dan prestasi peserta didik.
Disini perlunya kepemimpinan kepala madrasah agar sumber daya manusia bisa memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal.
Kualitas Laporan Kinerja Kepala Madrasah
Pada pelaksanaan PKKM di MA Pembangunan, 15 Desember 2022, Kepala Madrasah Aliyah Pembangunan memaparkan laporan kinerja selama menjabat. Banyak torehan prestasi baik akademik maupun non-akademik. Prestasi secara personal sebagai kepala madrasah maupun madrasah.
Tentunya keberhasilan tersebut merupakan buah dari kinerja semua warga madrasah pembangunan. Kinerja berdasarkan program yang telah dirancang oleh kepala madrasah, wakil, guru, dan tenaga kependidikan lainnya.
Program, Proses, dan Prestasi (PR3 dibaca PReti) merupakan kesatuan yang menjadi laporan kinerja madrasah yang disusun oleh kepala dan warga madrasah. Laporan kinerja tersebut akan mudah dibaca oleh Kepala dan Warga madrasah jika dikuantifikasikan. Kuantifikasi merupakan pernyataan jumlah satuan dalam angka. Istilah ini sering digunakan dalam penelitian sebagai interpretasi-interpretasi melalui sampel data yang berupa angka-angka.
Misalnya, 50 peserta didik lulus di perguruan Tinggi Negeri. 80% peserta didik mampu menghapal juz ke-30.
Berikut ini, ada dua catatan yang bisa dikuantifikasi oleh MA Pembangunan selain Laporan kinerja kepala madrasah.
A. Rencana Kerja Kepala Madrasah Pasca PKKM
Madrasah memiliki program unggulan yang difokuskan pada pencapaian prestasi akademik, non akademik, dan kegiatan pembiasaan.
Berdasarkan pengamatan terhadap program yang disusun oleh MA Pembangunan, ada 2 program yang menarik untuk didiskusikan.
1. Madrasah Berbasis Digital
Madrasah digital di Tagline “Madrasah Multiple Intelligence dan Digital” membuktikan MP responsif terhadap perubahan zaman. Untuk mewujudkannya perlu peningkatan literasi digital di semua warga madrasah.
Menurut Kominfo, literasi terdiri dari Digital Skills, Digital Ethics, Digital Culture, dan Digital Safety. (Lihat : 4 Pilar Literasi Digital)
Terkait pembelajaran di madrasah, Digital tidak hanya pada sumber belajar berbasis digital, perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran berbasis digital. Pendekatan yang bisa dilakukan adalah Flipped Classroom atau Flipped Learning. (Baca: Konsep Metode Flipped Classroom pada Pembelajaran Jarak Jauh)
Tim pengembangan digital bisa mengkaji pendekatan tersebut. Pendekatan ini bisa meningkatkan literasi digital warga madrasah. Juga mengaktifkan 4 pilar literasi digital.
Kepala madrasah dan tim pengembangan perlu kolaborasi untuk mengukur kualitas laporan kinerja warga madrasah dalam menggunakan fasilitas digital.
Baca: 4 Pilar Literasi Digital
2. Integrasi Pembelajaran
Integrasi mata pelajaran dalam proses pembelajaran sudah dikenal lama. Beberapa madrasah dan sekolah unggulan sudah terbiasa melakukan inovasi pembelajaran dengan sistem integrasi.
Baru muncul secara nasional saat dilaunching kurikulum merdeka. Integrasi menjadi salah satu dari 4 pengorganisasian pembelajaran berdasarkan kurikulum merdeka. (Baca: Pengorganisasian Pembelajaran Kurikulum Merdeka). Makanya kurikulum merdeka itu bisa dikatakan “Legalisasi Inovasi yang sudah dilakukan oleh madrasah“
Integrasi perlu dimaksimalkan dalam proses pembelajaran di MA Pembangunan. Dalam prakteknya perlu kolaborasi lintas mata pelajaran.
Kepala madrasah dan para gut perlu menyiapkan strategi PR3 ( Program, Proses, Prestasi) sehingga terukur laporan kinerja implementasi pembelajaran integratif.
B. Kuantifikasi Program Pembiasaan
Madrasah dengan ciri khas Islam memiliki berbagai kegiatan pembiasaan di aspek perkembangan moral, nilai-nilai agama, akhlak, pengembangan sosio emosional dan kemandirian.
MA Pembangunan perlu menguatkan pembiasaan terkait Ibadah Harian yang wajib dilaksanakan dan keterampilan yang dibutuhkan segera. kegiatan pembiasaan tersebut dapat diukur secara kuantitatif.
Beberapa saran pembiasan yang bisa dikuantifikasi, sebagai berikut:
1. Praktek Shalat
Pembiasaan shalat dhuhur, bahkan shalat Dhuha merupakan pembiasaan yang bagus di madrasah. Bahkan disiapkan monitoring ibadahnya.
Program tersebut perlu ditingkatkan dengan mengukur tingkat kebenaran gerakan dan bacaan shalat serta mengukur pelaksanaan di rumah.
Kebenaran bisa melalui ujian praktek tiap semester untuk melihat jumlah peserta didik yang bisa dan belum, serta perbaikan setiap semester nya. Tiap jenjang bisa dilengkapi dengan bacaan setelah shalat.
Keterlaksanaan dapat diukur dengan wawancara saat ujian praktek, dengan mengacu ke buku monitoring. Sehingga terlihat jumlah peserta yang shalat sendiri, berjamaah di rumah, dan berjamaah di masjid.
Dengan kuantifikasi praktek Shalat, laporan kinerja lebih mudah dibaca, bukan hanya oleh kepala dan guru madrasah, tapi oleh seluruh warga madrasah.
Target utama program pembiasaan adalah peserta didik terbiasa shalat berjamaah di masjid
2. Khatam Qur’an per Anak
Kegiatan kedua yang bisa di kuantifikasi adalah baca Al Qur’an. Kegiatan ini perlu menjadi prioritas di madrasah, sehingga bisa memastikan bahwa tidak satupun alumni madrasah yang tidak bisa baca Al Qur’an.
Untuk tahap kedua, kegiatan tadarus Qur’an dikuantifikasi menjadi program khatam Al-Qur’an 30 juz. Strategi menetapkan 10 juz tiap tahun, akan dapat memastikan peserta didik khatam Al-Qur’an selama 3 tahun.
Program tersebut diharapkan mendorong peserta didik bersemangat mengkhatamkan Al Qur’an sebelum 3 tahun,
Untuk lebih memotivasi peserta didik, perlu ada tasyakuran bagi peserta didik yang khatam Al-Qur’an. Bisa dilakukan tiap semester atau setahun sekali. Tasyakuran tersebut bisa menunjukkan laporan kinerja secara kuantitas kepada kepala dan warga madrasah.
Target utamanya adalah peserta didik terbiasa membaca Al Qur’an. Tiada hari yang terlewati tanpa membaca Al Qur’an.
3. Personalisasi Guru
Personalisasi Guru maksudnya proses duplikasi kemampuan guru pada peserta didik.
Saran ketiga ini berdasarkan pengamatan terhadap kemampuan langka atau keahlian yang jarang dimiliki yaitu Seorang Qari.
Ini menjadi tugas kepala madrasah, Zakariya dan guru (Qari) untuk mencari 3 calon Qari. Semoga berhasil.
Pembinaan Pengawas Lainnya
- MAN 4 Jakarta Melepas Peserta Didik sebagai Imam Shalat Tarawih
- Supervisi Pembelajaran Berbasis Kebutuhan pada PKKM di MA Nurussaadah
- Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan melalui Persiapan Akreditasi di MAN 4
- Kuantifikasi Pembiasaan di Laporan Kinerja Kepala MA Pembangunan
- Analisis Karakteristik Madrasah Tupoksi Kepala; PKKM di MA MANIS
- Pentingnya Kepemimpinan Kepala dalam pengembangan Madrasah atau Sekolah di MA MU
- Fokus Kualitas Mayoritas bukan Kuantitas Minoritas di MAN 19
Eksplorasi konten lain dari Yunandra
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.